Langsung ke konten utama

Spesialisasi

Rasul nampak heran ketika ada seseorang dari kaum pembegal dengan kesadarannya sendiri menjadi orang kelima atau enam yang meraih iman. Rasul bahkan tidak mengenalnya ketika ia tiba-tiba datang, minta dibacakan Alquran dan tanpa basa-basi bersyahadat. Namun keislaman tidak seketika menguapkan gaya pembegal ala kabilah Ghifar dalam diri lelaki itu. Dia adalah orang pertama yang meneriakkan Islam di Masjidil Haram padahal Islam masih didakwahkan dengan bisik-bisik! Gara-gara aksi nekatnya itu ia dikeroyok hingga babak belur bahkan pingsan. Ngeyel, saat siuman kalimat syahadat kembali meluncur dari lisannya. Demikianlah epik Jundub Bin Junadah alias Abu Dzar Alghifari melewati hari pertamanya menjadi muslim.
Bertahun kemudian Abu Dzar terlihat di antara kepulan debu yang terbang karena hentakan kaki-kaki hewan tunggangan dan pejalan kaki. Andaikan kumpulan manusia itu tidak berulang meneriakkan takbir, warga Madinah mungkin akan menyangka pasukan Quraisy sedang menyerang mereka. Untuk momen ini mungkin kita mesti bilang wow! Abu Dzar menyampaikan salam keselamatan kepada Rasul dan memberikan kabar gembira bahwa warga Ghifar dan Aslam yang bersamanya telah memeluk Islam.
Suatu ketika Abu Dzar bertanya, “wahai Rasul tidakkah engkau menjadikanku pegawai?” Rasul menepuk bahu Abu Dzar dan bersabda, “wahai Abu Dzar, kamu ini lemah padahal jabatan padahal jabatan merupakan amanah.” Abu Dzar bukan tipikal manusia retoris, ia lugas bertanya dan Rasul pun tegas menjawab. Ucapan Rasul bukan untuk merendahkan tapi melindungi shahabatnya dari amanah yang bukan spesialisasinya. Rasul mengakui keunikan Abu Dzar dengan kalimat beliau, “Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Abu Dzar, ia berjalan sebatang kara, meninggal sebatang kara dan dibangkitkan sebatang kara.”
Rasul senantiasa menyerahkan pekerjaan pada ahlinya, sesuai spesialisasi masing-masing. Ketika beliau membangun masjid sebagian shahabat belum menangkap ekspresi kekaguman Rasul atas hasil yang dicapai. Datanglah Thalq Alyamami Alhanafi yang kemudian mengambil sekop dan mengaduk tanah layaknya profesional. Rasul lantas berseru, “biarkan Alhanafi mengurusi tanahnya karena dia lebih ahli dalam mengolah tanah.” Alhanafi bertanya, “ya Rasulallah apakah aku perlu memindahkan bebatuan seperti mereka?” Rasul menjawab, “tidak usah, tugasmu mengolah tanah saja untuk mereka karena kamu lebih ahli dalam pekerjaan tersebut.” Ini adalah petunjuk  nabawi tentang cara berinteraksi dan menempatkan seseorang sesuai  spesialisasinya.Wallahu a’lam.


Sumber: fikihsirah.review

Kata kunci: Spesialisasi, Abu Dzar Al Ghifari, Siroh Nabawiyah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muhasabah Petang Lalu

”Barangsiapa yang belum pernah menemui kesulitan dalam proses pembelajaran ketika itu akan datang kepadanya suatu yang cepat berupa kesulitan dan kebodohan sepanjang hidupnya.” Cambuk bagi kita perkataan ulama Mesir diatas. Sebuah cambuk yang seharusnya menjadi renungan untuk para penuntut ilmu.

Tentang Kepenulisan #1

Pagiiiiiiii..........Hari ini cerah, bukan? Mari kita awali hari ini dengan bismillah dan semoga hal-hal baik membersamai kalian selalu. Setelah saya pikir-pikir, sepertinya blog saya ini kesannya diarish banget deh. nah...mulai saat ini, saya mau juga dong sharing2 ilmu tentag kepenulisan. semoga saja, ilmu yang sedikit ini bisa bermanfaat ya. Buat kalian yang seneng nulis, biasanya seneng juga nih dateng ke seminar-seminar/pelatihan-pelatihan menulis. selain karena ingin bertemu dengan pembicara-pembicaranya yang pastinya seorang penulis, juga pengen tau lebih banyak tentang dunia kepenulisan. Ini ada beberapa hal yang saya dapatkan ketika mengikuti seminar kepenulisan bersama bunda Asma Nadia dan Boim Lebon.

Pertemuan Kembali

Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh, teman-teman. Maasya Allah, alhamdulillahillazii bi ni'matihii tatimmusshalihat. Di bulan Syawwal yang insyaa Allah diberkahi ini, Allah masih memberikan kesempatan kita untuk menikmati segala karuniaNya. Maafkan, lama sekali tak bersapa langsung begini. Tersebab, ada project-project yang harus diselesaikan. Tersebab yang lain adalah, saya punya "kawan baru" yaitu mikroblog sebelah. Semoga ke depannya bisa lebih banyak bersama. Oya, project-project itu antara lain adalah mengedit tulsan seorang teman yang insyaa Allah akan meluncurkan buku keempatnya. Duh, ngomongin tentang peluncuran buku, jadi malu sendiri karena setahun kemarin merasa gak produktif untuk menulis sebuah buku, padahal target minimal setahun meluncurkan sebuah buku. Semoga tahun ini bisa tercapai. Oh, sekarang jadi tukang ngedit juga? Hehe, iya. Ahamdulillah sekaligus menerapkan ilmu yang dipelajari di kampus. Jadi kalau ada teman-teman yang membutu...