Kesedihan hanya menusuk sedalam yang kita izinkan! Duka atas kematian para shahabat dalam Perang
Uhud tak menjadikan Rasul kehilangan kewaspadaannya terhadap musuh yang mungkin kembali
menyerang. Setelah perang berakhir Beliau mengutus Ali bin Abi Thalib untuk
membuntuti pasukan musyrikin dan menyelidiki pergerakan mereka. Kewaspadaan Rasul
dan kemampuan beliau untuk memprediksi gerakan musuh terbukti akurat. Ali
melaporkan bahwa pasukan musuh menunjukkan gelagat ingin menyerang Madinah.
Esok harinya Rasul menyeru pasukannya untuk kembali berjihad. “Janganlah keluar
bersama kami kecuali orang-orang yang ikut bersama kami dalam Perang Uhud
kemarin!” Para shahabat segera menjawab seruan Rasul, termasuk mereka yang sedang
terluka parah. Bahkan di antara mereka ada yang belum sempat memasuki rumahnya.
Sami’na wa atha’na, kini tak seorang pun dari mereka yang berambisi
untuk merebut ghanimah. Pasukan yang masih lemah itu lantas bergerak mengejar
kaum musyrikin.
Rasul tinggal di Hamraul Asad selama tiga hari untuk menantang kaum
musyrikin. Pada malam harinya Beliau memerintahkan agar menyalakan api yang
dapat terlihat dari jauh dan cahayanya memenuhi segenap penjuru. Saat itulah
Ma’bad mendatangi Rasul dan menyatakan keislamannya. Rasul kemudian
memerintahkan Ma’bad untuk menyusul Abu Sufyan dan melecehkannya.
Tujuan utama Rasul dalam ekspedisi ini adalah untuk merusak kesenangan kaum
musyrikin dan menjatuhkan semangat mereka. Rasul ingin menunjukkan bahwa apa
yang menimpa kaum muslimin dalam Perang Uhud tak melemahkan mereka untuk kembali berjihad. Rasul mengetahui bahwa
pihak Abu Sufyan sejatinya belum merasa memenangkan Perang Uhud karena belum
berhasil membunuh Beliau. Karena itulah pasukan musyrik berkeinginan untuk
menyerang Madinah.
Siasat Rasul di Hamraul Asad sukses menjatuhkan moral pihak musyrikin. Abu
Sufyan dan pasukannya lebih memilih aman dan kembali ke Makkah. Mereka pulang
dengan kebanggaan yang tercoreng, terbungkam kepongahannya serta ciut nyalinya.
Sementara Rasul dapat kembali ke Madinah dengan terhapusnya aib kekalahan dan
pudarnya rasa gagal. Wallahu a’lam.
Sumber: fikihsirah.review
Kata Kunci: Uhud, Siroh, Siroh Nabawiyyah, Fikih Siroh
Komentar
Posting Komentar