Langsung ke konten utama

Hidayah dalam Pusaran Amarah

Perang yang berujung kalah menang adalah hal biasa bagi Kafir Quraisy. Hanya saja kekalahan mereka di Perang Badar terasa jauh lebih pahit dari semua kekalahan. Para pembesar mereka tewas di tangan kaum rendahan menurut perspektif masyarakat jahiliyah. Abu Jahal dihabisi oleh Ibnu Mas’ud, seorang penggembala sekaligus keturunan budak. Umayyah bin Khalaf tewas di tangan mantan budaknya sendiri, Bilal bin Rabbah.

Dada Shafwan bin Umayyah bin Khalaf dijejali dendam sehingga ia tak mampu lagi tersenyum. Ia merasa Perang Badar telah keluar dari tradisi perang yaitu seseorang berhadapan dengan orang yang sederajat. “Demi Allah tidak ada kebaikan dalam hidup ini setelah mereka mati,” katanya kepada Umair bin Wahb. Umair bin Wahb mengatakan bahwa bila bukan karena beban hutang dan keluarga ia tak akan segan membunuh Muhammad di Madinah. Shafwan berbinar, ia segera mengambil kesempatan. Shafwan mengatakan bahwa hutang dan keluarga Umair akan ia tanggung asalkan Umair berani mengeksekusi Muhammad.

Omongan Shafwan menjadikan Umair tak lagi takut mati. Dia datang ke Madinah membawa pedang yang telah dilimuri racun. Ia berpura-pura ingin menengok anaknya yang menjadi tawanan perang. Umar bin Khathab mencium gelagat jahat sehingga enggan mempercayainya. Tak dinyana Rasul justru mengundang Umair untuk mendekat kepadanya. “Jujurlah kepadaku, kenapa engkau datang ke sini?” tanya Rasul. Umair berkilah mengotak-atik jawaban. “Tidak,” kata Rasul, “engkau telah duduk bersama Shafwan....” Rasul menjelaskan detail apa yang telah disepakati Shafwan dan Umair di dekat Hajar Aswad.

Umair kaget bukan kepalang, ia yakin tak ada yang bisa memberi tahu Muhammad mengenai kejadian itu selain kabar dari tuhannya. “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah!” Umair bin Wahb si Setan Quraisy bersegera meraih iman di hari ia ingin membunuh Rasul. Tidak tanggung-tanggung, ia lantas meminta izin segera kembali ke Makkah untuk mengumumkan keislamannya dan berdakwah. Ia berhasil mengislamkan banyak manusia bahkan kelak dipercaya oleh Khalifah Umar untuk mendakwahi penduduk Mesir. Umar memuji Umair bin Wahb sebagai manusia yang timbangannya seperti seribu orang.

Tidakkah kisah Umair menyegarkan ingatan tentang keislaman Umar bin Khathab? Di puncak kebencian Umar kepada Rasul di saat itu pula ia tersungkur di pangkuan Islam. Ia yang mulanya siap mati demi menghentikan Muhammad, berbalik menjadi shahabat setianya setelah membaca surah Thaha. Kisah Umair dan Umar bertutur bahwa hidayah dapat tumbuh di pusaran amarah, taat kuncup di puncak sesat. Semoga kita termasuk orang-orang yang meraih hidayah. Wallahu a’lam.
Sumber: fikihsirah.review 

Kata Kunci: Hidayah, Amarah, Siroh, Siroh Nabawiyah, Fikih Siroh, Hikmah Siroh Nabawiyyah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muhasabah Petang Lalu

”Barangsiapa yang belum pernah menemui kesulitan dalam proses pembelajaran ketika itu akan datang kepadanya suatu yang cepat berupa kesulitan dan kebodohan sepanjang hidupnya.” Cambuk bagi kita perkataan ulama Mesir diatas. Sebuah cambuk yang seharusnya menjadi renungan untuk para penuntut ilmu.

Tentang Kepenulisan #1

Pagiiiiiiii..........Hari ini cerah, bukan? Mari kita awali hari ini dengan bismillah dan semoga hal-hal baik membersamai kalian selalu. Setelah saya pikir-pikir, sepertinya blog saya ini kesannya diarish banget deh. nah...mulai saat ini, saya mau juga dong sharing2 ilmu tentag kepenulisan. semoga saja, ilmu yang sedikit ini bisa bermanfaat ya. Buat kalian yang seneng nulis, biasanya seneng juga nih dateng ke seminar-seminar/pelatihan-pelatihan menulis. selain karena ingin bertemu dengan pembicara-pembicaranya yang pastinya seorang penulis, juga pengen tau lebih banyak tentang dunia kepenulisan. Ini ada beberapa hal yang saya dapatkan ketika mengikuti seminar kepenulisan bersama bunda Asma Nadia dan Boim Lebon.

Pertemuan Kembali

Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh, teman-teman. Maasya Allah, alhamdulillahillazii bi ni'matihii tatimmusshalihat. Di bulan Syawwal yang insyaa Allah diberkahi ini, Allah masih memberikan kesempatan kita untuk menikmati segala karuniaNya. Maafkan, lama sekali tak bersapa langsung begini. Tersebab, ada project-project yang harus diselesaikan. Tersebab yang lain adalah, saya punya "kawan baru" yaitu mikroblog sebelah. Semoga ke depannya bisa lebih banyak bersama. Oya, project-project itu antara lain adalah mengedit tulsan seorang teman yang insyaa Allah akan meluncurkan buku keempatnya. Duh, ngomongin tentang peluncuran buku, jadi malu sendiri karena setahun kemarin merasa gak produktif untuk menulis sebuah buku, padahal target minimal setahun meluncurkan sebuah buku. Semoga tahun ini bisa tercapai. Oh, sekarang jadi tukang ngedit juga? Hehe, iya. Ahamdulillah sekaligus menerapkan ilmu yang dipelajari di kampus. Jadi kalau ada teman-teman yang membutu...