Perang yang berujung kalah menang adalah hal biasa bagi Kafir Quraisy. Hanya
saja kekalahan mereka di Perang Badar terasa jauh lebih pahit dari semua
kekalahan. Para pembesar mereka tewas di tangan kaum rendahan menurut
perspektif masyarakat jahiliyah. Abu Jahal dihabisi oleh Ibnu Mas’ud, seorang
penggembala sekaligus keturunan budak. Umayyah bin Khalaf tewas di tangan
mantan budaknya sendiri, Bilal bin Rabbah.
Dada Shafwan bin Umayyah bin Khalaf dijejali dendam sehingga ia tak mampu
lagi tersenyum. Ia merasa Perang Badar telah keluar dari tradisi perang yaitu
seseorang berhadapan dengan orang yang sederajat. “Demi Allah tidak ada
kebaikan dalam hidup ini setelah mereka mati,” katanya kepada Umair bin Wahb. Umair
bin Wahb mengatakan bahwa bila bukan karena beban hutang dan keluarga ia tak
akan segan membunuh Muhammad di Madinah. Shafwan berbinar, ia segera mengambil
kesempatan. Shafwan mengatakan bahwa hutang dan keluarga Umair akan ia tanggung
asalkan Umair berani mengeksekusi Muhammad.
Omongan Shafwan menjadikan Umair tak lagi takut mati. Dia datang ke Madinah
membawa pedang yang telah dilimuri racun. Ia berpura-pura ingin menengok
anaknya yang menjadi tawanan perang. Umar bin Khathab mencium gelagat jahat
sehingga enggan mempercayainya. Tak dinyana Rasul justru mengundang Umair untuk
mendekat kepadanya. “Jujurlah kepadaku, kenapa engkau datang ke sini?” tanya
Rasul. Umair berkilah mengotak-atik jawaban. “Tidak,” kata Rasul, “engkau telah
duduk bersama Shafwan....” Rasul menjelaskan detail apa yang telah disepakati
Shafwan dan Umair di dekat Hajar Aswad.
Umair kaget bukan kepalang, ia yakin tak ada yang bisa memberi tahu Muhammad
mengenai kejadian itu selain kabar dari tuhannya. “Aku bersaksi bahwa engkau
adalah Rasulullah!” Umair bin Wahb si Setan Quraisy bersegera meraih iman di
hari ia ingin membunuh Rasul. Tidak tanggung-tanggung, ia lantas meminta izin segera
kembali ke Makkah untuk mengumumkan keislamannya dan berdakwah. Ia berhasil
mengislamkan banyak manusia bahkan kelak dipercaya oleh Khalifah Umar untuk
mendakwahi penduduk Mesir. Umar memuji Umair bin Wahb sebagai manusia yang
timbangannya seperti seribu orang.
Tidakkah kisah Umair menyegarkan ingatan tentang keislaman Umar bin
Khathab? Di puncak kebencian Umar kepada Rasul di saat itu pula ia tersungkur
di pangkuan Islam. Ia yang mulanya siap mati demi menghentikan Muhammad,
berbalik menjadi shahabat setianya setelah membaca surah Thaha. Kisah Umair dan
Umar bertutur bahwa hidayah dapat tumbuh di pusaran amarah, taat kuncup di puncak
sesat. Semoga kita termasuk orang-orang yang meraih hidayah. Wallahu a’lam.
Sumber: fikihsirah.review
Kata Kunci: Hidayah, Amarah, Siroh, Siroh Nabawiyah, Fikih Siroh, Hikmah Siroh Nabawiyyah.
Kata Kunci: Hidayah, Amarah, Siroh, Siroh Nabawiyah, Fikih Siroh, Hikmah Siroh Nabawiyyah.
Komentar
Posting Komentar