Langsung ke konten utama

Cara Menghadapi Masalah

Kau bertanya kepadaku bagaimana cara untuk tegar.
Qutz, kau bertanya kepada orang yang masih cengeng menghadapi persoalan hidupnya sendiri. Aku merasa tidak punya kapasitas untuk menjawabnya.
Maka, mari kita temui Khabbab bin Al Arat, seorang budak milik Quraisy. Yg demi keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya, ia mengalami berbagai macam ujian dan siksaan. Puncaknya, ketika tuannya memanggangnya dalam api sehingga api itu padam sendiri oleh lemak yg meleleh dari punggungnya.
Yg karena iman itu jugalah, ia mampu menanggung pedihnya siksaan.
Mari kita lihat Mush'ab bin Umair, Qutz. Pemuda Rupawan, tajir, dielu-elukan kaumnya, kasih sayang ibunya. Apa yg ia inginkan akan didapatkan dari ibunya. "Seolah-olah dia adalah pemuda dari kalangan penduduk surga." "Belum pernah aku melihat seorang yg diberi kenikmatan lebih di kota Mekkah ini selain Mush'ab bin Umair.
Lalu, karena keimanannya kepada Allah dan Rasulnya ia menjual dunia utk membeli akhiratnya. Ia disiksa dari segi fisik, psikis, juga materi. Kulitnya mengelupas, semua fasilitas yg selama ini diberikan dihentikan oleh keluarganya.
Abdurrahman bin Auf suatu hari sedang makan lalu mengenang Mush'ab, " Mush'ab lebih baik dariku. Ia syahid. Tdk ada yg menutup jasadnya kecuali sehelai Burdah." Ia pun menangis dan tdk jadi menyantap makanannya.
Qutz, Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury dalam sirohnya mengatakan, apa yg membuat mereka begitu tegar menghadapi hari-hari penuh siksaan tersebut.
Beberapa jawabannya adalah karena Iman dan Al Qur'an. Qutz, kisah adlh nasihat paling lembut yg dihadirkan Allah untuk kita. Terlebih itu adalah kisah dari generasi terbaik.
Qutz, terima kasih sudah bertanya hal yg membuatku merenung dalam. Saat kita merasa lemah, mari telisik kembali kabar iman kita dan pegang kuat-kuat. Sebagaimana Khabab, sebagaimana Mush'ab, tdk ada yg bisa menghentikan dan melemahkan kita selama iman masih mencahaya di jiwa kita.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muhasabah Petang Lalu

”Barangsiapa yang belum pernah menemui kesulitan dalam proses pembelajaran ketika itu akan datang kepadanya suatu yang cepat berupa kesulitan dan kebodohan sepanjang hidupnya.” Cambuk bagi kita perkataan ulama Mesir diatas. Sebuah cambuk yang seharusnya menjadi renungan untuk para penuntut ilmu.

Tentang Kepenulisan #1

Pagiiiiiiii..........Hari ini cerah, bukan? Mari kita awali hari ini dengan bismillah dan semoga hal-hal baik membersamai kalian selalu. Setelah saya pikir-pikir, sepertinya blog saya ini kesannya diarish banget deh. nah...mulai saat ini, saya mau juga dong sharing2 ilmu tentag kepenulisan. semoga saja, ilmu yang sedikit ini bisa bermanfaat ya. Buat kalian yang seneng nulis, biasanya seneng juga nih dateng ke seminar-seminar/pelatihan-pelatihan menulis. selain karena ingin bertemu dengan pembicara-pembicaranya yang pastinya seorang penulis, juga pengen tau lebih banyak tentang dunia kepenulisan. Ini ada beberapa hal yang saya dapatkan ketika mengikuti seminar kepenulisan bersama bunda Asma Nadia dan Boim Lebon.

Pertemuan Kembali

Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh, teman-teman. Maasya Allah, alhamdulillahillazii bi ni'matihii tatimmusshalihat. Di bulan Syawwal yang insyaa Allah diberkahi ini, Allah masih memberikan kesempatan kita untuk menikmati segala karuniaNya. Maafkan, lama sekali tak bersapa langsung begini. Tersebab, ada project-project yang harus diselesaikan. Tersebab yang lain adalah, saya punya "kawan baru" yaitu mikroblog sebelah. Semoga ke depannya bisa lebih banyak bersama. Oya, project-project itu antara lain adalah mengedit tulsan seorang teman yang insyaa Allah akan meluncurkan buku keempatnya. Duh, ngomongin tentang peluncuran buku, jadi malu sendiri karena setahun kemarin merasa gak produktif untuk menulis sebuah buku, padahal target minimal setahun meluncurkan sebuah buku. Semoga tahun ini bisa tercapai. Oh, sekarang jadi tukang ngedit juga? Hehe, iya. Ahamdulillah sekaligus menerapkan ilmu yang dipelajari di kampus. Jadi kalau ada teman-teman yang membutu...