Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Spesialisasi

Rasul nampak heran ketika ada seseorang dari kaum pembegal dengan kesadarannya sendiri menjadi orang kelima atau enam yang meraih iman. Rasul bahkan tidak mengenalnya ketika ia tiba-tiba datang, minta dibacakan Alquran dan tanpa basa-basi bersyahadat. Namun keislaman tidak seketika menguapkan gaya pembegal ala kabilah Ghifar dalam diri lelaki itu. Dia adalah orang pertama yang meneriakkan Islam di Masjidil Haram padahal Islam masih didakwahkan dengan bisik-bisik! Gara-gara aksi nekatnya itu ia dikeroyok hingga babak belur bahkan pingsan.  Ngeyel , saat siuman kalimat syahadat kembali meluncur dari lisannya. Demikianlah epik Jundub Bin Junadah alias Abu Dzar Alghifari melewati hari pertamanya menjadi muslim. Bertahun kemudian Abu Dzar terlihat di antara kepulan debu yang terbang karena hentakan kaki-kaki hewan tunggangan dan pejalan kaki. Andaikan kumpulan manusia itu tidak berulang meneriakkan takbir, warga Madinah mungkin akan menyangka pasukan Quraisy sedang menyerang mereka....

Move On

Kesedihan hanya menusuk sedalam yang kita izinkan! Duka atas kematian para shahabat dalam Perang Uhud tak menjadikan Rasul kehilangan kewaspadaannya terhadap musuh yang mungkin kembali menyerang. Setelah perang berakhir Beliau mengutus Ali bin Abi Thalib untuk membuntuti pasukan musyrikin dan menyelidiki pergerakan mereka. Kewaspadaan Rasul dan kemampuan beliau untuk memprediksi gerakan musuh terbukti akurat. Ali melaporkan bahwa pasukan musuh menunjukkan gelagat ingin menyerang Madinah. Esok harinya Rasul menyeru pasukannya untuk kembali berjihad. “Janganlah keluar bersama kami kecuali orang-orang yang ikut bersama kami dalam Perang Uhud kemarin!” Para shahabat segera menjawab seruan Rasul, termasuk mereka yang sedang terluka parah. Bahkan di antara mereka ada yang belum sempat memasuki rumahnya. Sami’na wa atha’na , kini tak seorang pun dari mereka yang berambisi untuk merebut ghanimah. Pasukan yang masih lemah itu lantas bergerak mengejar kaum musyrikin. Rasul tinggal di Ha...

Hidayah dalam Pusaran Amarah

Perang yang berujung kalah menang adalah hal biasa bagi Kafir Quraisy. Hanya saja kekalahan mereka di Perang Badar terasa jauh lebih pahit dari semua kekalahan. Para pembesar mereka tewas di tangan kaum rendahan menurut perspektif masyarakat jahiliyah. Abu Jahal dihabisi oleh Ibnu Mas’ud, seorang penggembala sekaligus keturunan budak. Umayyah bin Khalaf tewas di tangan mantan budaknya sendiri, Bilal bin Rabbah. Dada Shafwan bin Umayyah bin Khalaf dijejali dendam sehingga ia tak mampu lagi tersenyum. Ia merasa Perang Badar telah keluar dari tradisi perang yaitu seseorang berhadapan dengan orang yang sederajat. “Demi Allah tidak ada kebaikan dalam hidup ini setelah mereka mati,” katanya kepada Umair bin Wahb. Umair bin Wahb mengatakan bahwa bila bukan karena beban hutang dan keluarga ia tak akan segan membunuh Muhammad di Madinah. Shafwan berbinar, ia segera mengambil kesempatan. Shafwan mengatakan bahwa hutang dan keluarga Umair akan ia tanggung asalkan Umair berani mengeksekusi Mu...

Buncit dan Sok Alim

“Apa ini?” Kata Umar sambil menepuk perut seorang buncit. Puk puk puk... “Ini karunia dari Allah?” Jawab si buncit dengan PD-nya. “Ini justru azab dari Allah!" Sergah Umar. Umar berseru, “Wahai manusia! Hindari perut yang besar karena membuat kalian malas melaksanakan shalat, merusak organ tubuh, menimbulkan banyak penyakit. Makanlah kalian secukupnya agar kalian semangat melaksanakan shalat, terhindar dari sifat boros dan lebih giat beribadah kepada Allah.” Pada kesempatan yang lain Umar keheranan setengah anyel. “Kenapa orang itu berjalan seperti itu?” tanya Umar ketika melihat seseorang yang berpenampilan lusuh dan klemar-klemer . “Tak pantas seorang mukmin berjalan lambat dan berpenampilan kumuh.” Sikap umar yang blak-blakan memang tidak biasa membiarkan sesuatu yang dirasanya salah berlalu begitu saja darinya. “Hei,” tegur Umar, “engkau merusak Agama Islam dengan penampilanmu itu. Tegaklah saat berjalan dan tampakkan kemuliaan Islam!” Umar melanjutkan, “keliru ...
Perempuan yang tengadah dalam doa-doa malamnya adalah yang paling merunduk dalam ilmunya, yang piawai dalam dalam menata perasaannya, yang takzim pada muara kebaikan, yang tegak dalam kebenaran, yang teguh dalam prinsip, yang menari bersama kesabaran, yang hidupnya tidak cukup untuk dirinya seorang, yang ridha dalam ketetapan. Perempuan yang ridha dalam ketetapan, yang hidupnya tidak cukup untuk dirinya seorang, yang menari bersama kesabaran, yang teguh dalam prinsip, yang tegak dalam kebenaran, yang takzim pada muara kebaikan, yang piawai dalam dalam menata perasaannya, yang paling merunduk dalam ilmunya adalah yang tengadah dalam doa-doa malamnya.

Di Bawah Naungan Nubuwwah (Rasulullah, Doa Nabi Ibrahim dan Busyro Nabi Isa)

“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahakuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqoroh: 129) Doa Nabi Ibrahim akhirnya dikabulkan oleh Allah setelah tiga ribu tahun kemudian. Pengabulan doa Nabi Ibrahim ini tertera di QS. Al Jumuah: 2, “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah(Sunnah) meskipun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.”

Jahiliyah dan Kondisi Masyarakat Arab dan Dunia Sebelum diutusnya Rasulullah

“Simpul kekuatan Islam akan terurai satu per satu manakala seseorang tumbuh dalam Islam tanpa mengenal jahiliyyah.” (Umar bin Khattab) Tidak berlebihan kalimat sahabat utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Umar Bin Khattab yang seringkali perkataan dan pendapatnya dibenarkan dalam Al Qur’an. Seorang yang paham tentang jahiliyyah akan merasakan betapa indahnya berada dalam naungan Islam. Ia memiliki perbandingan ketika hidup dalam kungkungan jahiliyyah dengan hidup berlandaskan nilai-nilai Islam. Seperti Umar bin Khattab yang pernah menertawakan kejahiliyahannya. “Dahulu di masa jahiliyyah…” kenangnya,

Sehimpun Inspirasi dari Dauroh Indonesia Murojaah

Bismillahirrohmaanirrohiim. Alhamdulillaahilladzii bini’matihii tatimmusshalihat. Pada bagian 1 ini saya akan menuliskan hal-hal terkait murajaah yang disampaikan KH. Deden M. Makhyaruddin pada Dauroh Indonesia Murajaah yang diselenggarakan pada 29 Desember 2017- 4 Januari 2018 lalu di Pondok Pesantren Al Mustaqimiyyah. Kita mulai dengan sebuah kutipan yang disampaikan oleh Ustad Deden, “Setiap orang bisa menghafal Qur’an, bahkan orang munafik pun bisa. Tapi hanya orang-orang beriman yang mampu memurajaahnya.” Mendengarnya seperti ditembak dari berbagai sisi. Setelah saya renungi, benar juga, menghafal Qur’an itu hanya pekerjaan sekali yang kurun waktunya bisa pendek, bisa juga panjang. Ada orang yang 3 bulan, bisa menghafal 30 Juz Al Qur’an, ada yang 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, bahkan mungkin lebih. Tetapi murojaah adalah pekerjaan seumur hidup yang tidak bisa hanya beberapa bulan atau setahun dua tahun dilakukan, tetapi seumur hidup! Sampai Allah mengatakan, “wahai ha...

Menulis Fiksi, Haram! Atau Menulis Fiksi, Haram?

Tadi sore, seorang adik kelas di organisasi kampus bertanya perihal tulisan fiksi. Ia ingin menulis fiksi tapi tebentur dengan pandangan, ada ustad yang mengatakan bahwa menulis fiksi itu haram karena sama saja berdusta.  Saya langsung tersenyum mendengarnya. Menduga siapa ustad yang dimaksud dan benar dugaan saya. Saya langsung mengangguk sendiri padahal kami sedang ngobrol via chat whatsapp. Ustad tersebut punya dalil dan mengacu kepada ulama yang memang mengharamkan. Saya berhusnuzhan bahwa beliau-beliau adalah orang-orang yang memang sangat menjaga dan tidak ingin terjerumus kepada perkara-perkara sifatnya masih banyak perbedaan pendapat di dalamnya. Saya pun menjawab dengan kapasitas ilmu saya yang masih sangat dangkal ini. Ada beberapa kalimat tambahan yang tadi tidak saya sampaikan kepadanya tapi saya tuliskan di sini sebagai informasi saja. Terkait masalah haram-tidaknya, sama seperti halnya gambar, ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya. Ada yang benar-benar meng...

Cara Menghadapi Masalah

Kau bertanya kepadaku bagaimana cara untuk tegar. Qutz, kau bertanya kepada orang yang masih cengeng menghadapi persoalan hidupnya sendiri. Aku merasa tidak punya kapasitas untuk menjawabnya. Maka, mari kita temui Khabbab bin Al Arat, seorang budak milik Quraisy. Yg demi keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya, ia mengalami berbagai macam ujian dan siksaan. Puncaknya, ketika tuannya memanggangnya dalam api sehingga api itu padam sendiri oleh lemak yg meleleh dari punggungnya. Yg karena iman itu jugalah, ia mampu menanggung pedihnya siksaan. Mari kita lihat Mush'ab bin Umair, Qutz. Pemuda Rupawan, tajir, dielu-elukan kaumnya, kasih sayang ibunya. Apa yg ia inginkan akan didapatkan dari ibunya. "Seolah-olah dia adalah pemuda dari kalangan penduduk surga." "Belum pernah aku melihat seorang yg diberi kenikmatan lebih di kota Mekkah ini selain Mush'ab bin Umair. Lalu, karena keimanannya kepada Allah dan Rasulnya ia menjual dunia utk membeli akhiratnya. Ia disiksa...

Cerita Kehidupan

Qutz, hidup kita dibangun oleh cerita-cerita. Begitupun hidup orang lain. Setiap orang memiliki ceritanya masing-masing. Kita tidak bisa menuntut orang lain sama seperti kita, begitupun kita tidak bisa menuntut diri kita untuk sama seperti cerita yang dimiliki orang lain. Dengan memahami hal sederhana ini, kita akan lebih paham bagaimana kita memulai cerita hidup kita tanpa harus disetiri oleh orang lain. Karena cuma kita, yang mengetahui tentang diri kita. Qutz, sesekali kau perlu menutup mata. Jika dirasa kehidupan dan apa yang dicapai orang lain, menganggu jalan kita. Ketika ternyata orang lain telah meraih skala apa yang kita inginkan juga sedangkan kita masih berusaha untuk mencapainya. Sesekali saja, Qutz. Tidak untuk selamanya. Karena setiap orang punya starting point dan finishing point' yang sudah ditentukan. Tidak perlu merasa rendah diri dan jangan terlalu kreatif menanggapi pendapat orang lain "bahwa Fulan telah begitu, fulanah telah mencapai itu" jangan de...