Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Memori Emas

Suatu saat nanti, aku tau kalian akan menjelma sosok yang tidak lagi bersamaku. Sekedar mendengar bacaan qur'an mu yang semakin lancar, hafalan qur'an mu atau seperti yang kamu katakan "kak, hari ini saya muroja'ah saja" Ekspresi mu yang sesekali tersenyum malu-malu setiap ku tanya "sudah solat ashar? Tadi sholat zuhur? Subuh?" Ah kakak kenapa setiap hari menanyakan itu. Dulu, saat awal-awal. Tapi semakin kesini, justru kalian yang mengingatkan jika aku sengaja atau tanpa se ngaja tidak bertanya "ka, engga ditanya udah sholat atau belum nih?" Boleh aku mengartikan itu sebuah kerinduan? Jika satu saat nanti dan aku tau kita tak bersama lagi, mungkin aku akan merindukan saat petang lalu kita menatap senja lama-lama di atas danau sambil melantunkan zikir pagi dan petang yang belum separuhnya kalian hafal. Juga tentang tanya-tanya ingin tahu kalian, "ka, di akhirat nanti apa kita bisa ngaji bareng-bareng lagi?Ngaji bareng di pin...

Perjalanan Kita

Perjalanan kali ini bersama Fariha, Hamjah, Boim, Ka Ucup dan Miqdad dengan tujuan rapat gabungan . Perjalanan yang tidak melelahkan(bagiku sih) karena jarak tempuh yang hanya   kurang lebih 2 jam ditempuh dan Alhamdulillah makanan sehari-hari di Indonesia a.k.a macet tidak kami temui. Ini kali ketiga aku ke Serang dengan tujuan yang berbeda-beda pula. Pertama kesini karena ada LDKS, kedua kumpul FSLDK dan kali ini kumpul Garuda Keadilan. Kumpul kali ini pun karena Fariha minta temenin. Tapi yang pasti aku bersyukur karena dari mereka lah aku belajar tentang militansi seorang aktivis dakwah. Bahwa memang dakwah meminta segalanya dari kita dan bersyukurlah karena kita ada di bagian jalan ini. Jalan yang kita tempuh malam ini tentu tak seberapa dengan jalan-jalan yang dilalui oleh para pendahulu kita. Mungkin jika dibandingkan dengan lautan beserta ombaknya, kita hanya setitis saja. Tapi tidak mengapa, semoga langkah yang setitis ini semata karena ridhoNya dan demi izzah is...

Alur Hidup Kita

Aku sering menginsyafi betapa alur kehidupan yang Allah skenariokan untuk kita begitu menakjubkan. Kadang ia menaruh kita pada latar taman dihiasi bunga-bunga nan berseri. Di lain waktu ia melempar kita pada tempat-tempat penuh kerikil berduri yang tentu saja menyakitkan. Lalu melempar kita ke tempat lain lagi yang membuat kita pada akhirnya bertanya-tanya apa gerangan yang Dia rahasiakan untuk kita. Seringkali pertanyaan-pertanyaan itu membuat kita menuju pada persepsi-persepsi yang keliru tentang takdirNya tentu ditambah dengan keadaan yang membuat kita tak nyaman. Namun, sejauh kita melangkah, Dia tentu sangat baik. Memberikan jawaban lewat berbagai caraNya. Hanya kadang hati kita yang terlalu berdebu tak menyadari bahwa sebenanya Dia tengah mengusap lembut hati kita agar sedikit demi sedikit debu itu hilang, digaantikan dengan cahayaNya. Bagi saya,

Ibu, Tangan Kanan Peradaban Dunia

Ada satu quote menarik tentang bagaimana seorang ibu yang terdidik, mampu lahirkan generasi yang juga terdidik. “Mendidik seorang wanita berarti mendidik sebuah generasi”. Kau pernah merasakan setiap hari disibukkan dengan agenda yang sangat banyak, jadwal padat dengan satu peranmu. Dokter, misalnya. Atau pegawai bank. Mungkin juga koki di sebuah restoran.   Tapi pernah kau bayangkan? Dalam satu hari dan mungkin di waktu yang bersamaan, kau (harus) memiliki barbagai macam peran. Karena jika peran itu tidak kau pegang, maka banyak jiwa yang menjadi korban. Entah korban kelaparan, korban kebodohan, atau yang lebih mengerikan: kematian. Peran yang kumaksud adalah IBU. Ibuku, dan tentu saja mungkin ibumu. Ibu, yang jam kerjanya tak mengenal waktu. Ibu, yang dalam sehari atau bahkan dalam satu waktu memiliki peran ganda. Koki, Akuntan, Baby Sitter, Guru, Dokter, Perawat dan lainnya. Ia lah koki terhandal, meski mungkin ia tak jago masak, tapi bumbunya adalah cintanya, yang t...

Beyond The Blackboard

Film ini diangkat dari kisah nyata. Sebuah film yang   menceritakan tentang seorang guru muda bernama Miss Stacey yang ‘mendapat kehormatan’ untuk mengajar di sebuah tempat penampungan. Hari pertama menjadi guru di tempat itu, awalnya Miss Stacey mengira dia akan ditempatkan di sebuah sekolah pada umumnya, tapi dugaannya salah, tempat itu lebih mirip sebagai tempat penampungan, bukan sekolah. Tempat ia mengajar berada tepat bersebelahan dengan kereta. Dengan Suasana yang kacau; para orang tua merokok, beramai-ramai menonton TV bersama anak-anak, bahkan ketika ditunjukkan ke sebuah ruangan yang katanya ruang kelas, Miss Stacey masih ragu bahwa itu adalah ruang tempatnya mengajar murid-muridnya. Kotor, gelap, tidak ada textbook, bahkan ketika ia sedang mengajar di hari pertama, saat kereta lewat, bukan hanya seluruh benda di ruangan itu bergetar, tapi juga dari lubang muncul seekor tikus yang membuat seisi kelas gaduh. Kelas yang jauh dari rasa aman dengan fasilitas yang sang...

Makna Sebuah Kehilangan

“Uang di kotak amal yang untuk baksos hilang,” begitu pesan yang saya baca di grup WhatsApp.   Pesan berantai berisi istirja mengalir dari setiap anggota grup, juga tentang beberapa detik berisi pesan yang isinya tak beda jauh dari menyalahkan satu dengan yang lainnya. “Kan sudah saya bilang...” “Lho, waktu itu kan saya sudah pesan...” Hanya sebentar pertikaian itu, tapi mungkin ada hati yang terlukai. “Ya sudah kita ambil ibroh nya saja...” Kemudian hasil dari ibrah itu berbuah strategi. Walau kami percaya segala sesuatunya memang sudah kehendakNya, toh kehilangan inipun tak lepas dari kelalaian kami. “Ya Rosulullah, unta ini aku ikat terlebih dahulu atau aku biarkan saja tak diikat dan serahkan urusan ini kepada Allah?” sebuah kisah di abad lalu bersama seorang   paling cinta dan sahabatnya. Terlintas dibenak saya. “engkau ikat unta ini kemudian engkau serahkan urusan ini kepadaNya.” Dari kisah ini kemudian kita tahu, Rosulullah hendak mengajarkan makna ...

Tabiat Jalan Ini

Tabiat jalan dakwah adalah jalan yang kalu lalui, di hadapanmu terhampar ribuan duri. Memutuskan berhenti, bukanlah solusi sebab disana ada cita yang sejak awal kau rangkai. Sebab disana ada ribuan orang butuh dirimu, sebab diujung jalan ini ada taburan bahagia menanti. 

Surat Cinta untuk Ibunda Para Syuhada

Ibunda, surat ini ku sampaikan padamu, atas kesyahidan anak-anakmu pagi tadi, siang tadi, sore tadi, malam tadi, atau saat kau membaca pembuka suratku ini, atau bahkan ketika kau membaca pertengahan suratku dan kabar kesyahidan anakmu datang sedang kau segera bangkit, bukan untuk memaki, bukan untuk menyerang bangsa batu itu dan menyuruhnya pergi dari tempat dimana kau melahirkan anak-anakmu, dari tempat dimana kau tanamkan pada mujahid kecilmu bahwa kemenangan itu adalah kepastian bagi orang-orang yang sungguh-sungguh percaya padaNya, dari tempat dimana kau melihat sosok yang lain dalam diri anak-anakmu saat mereka sudah mulai memegang batu. Kau bangkit untuk mengucapkan selamat, selamat atas gelar kesyahidan yang telah anakmu capai. Tentu...tentu meski dengan mata yang berkaca lalu perlahan kaca itu pecah menjadi beningan kristal yang mengalir dan kau pun berkata dengan yakin “jangan percaya pada air mata kesedihan anakku, air mata ini...adalah sungguh air mata yang sama pada s...

Hikmah

Bagaimanapun takdir ibarat anak panah bagi seorang pemanah, ia akan diarahkan pada sasaran, namun tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada angin yang akan membawa anak panah itu jauh dari sasaran, tapi selalu yakinlah bahwa angin itu akan membawa anak panah yang kita busurkan itu ke arah yang lebih tepat. “Tapi aku tidak mau di UIN bu, aku mau setidaknya UI.” Hari-hari menjelang pendaftaran masuk perguruan tinggi, ketegangan antara aku, bapak,   ibu dan kakak-kakak masih berlanjut. Ibu. Ibu yang meski dengan lembutnya, menginginkan anaknya ini agar kuliah di UIN saja. Jarak. Karena jarak yang dekat. Hari-hari berlalu, dengan berbagai pertimbangan dan pengertian, aku mengaminkan mau ibu. Hari-hari selanjutnya adalah pendaftaran, sengaja kupilih pendaftaran jalur SBM PTAIN, dengan harapan tidak diterima sebab aku tau kebanyakan yang daftar di jalur ini kebanyakan yang latar belakang mereka pondok atau madrasah. Saat tes, persiapanku hanya belajar-belajar soal-soal ...

Sebongkah Tekad Baja Pemuda Penggagas Peradaban #1

Kalian percaya dengan segala hal yang bernama “kebetulan”? Kalau saya, boleh saya tidak mempecayainya? Sebab menurut saya segala kejadian dalam hidup ini, besar-kecilnya, menarik-tidaknya, pahit-manisnya, terkenang-tidaknya, semua sudah rencana sang pemilik seindah rencana. Dia, yang tanpa-Nya, siapalah kita. Kau bisa mengatakan orang-orang yang setiap hari berlalu-lalang, selintas lewat di hadapanmu, yang hanya menjadi ‘pemeran figuran’ ketika kau berjalan terburu-buru sambil melihat jam di pergelangan tanganmu, yang jangan pun sempat menyapa, tersenyum pun enggan, yang sama-sama duduk berhadapan denganmu dalam sebuah angkutan umum, atau antrian loket di stasiun kereta atau ketika kalian sama-sama menerobos hujan dengan jaket ataupun tas kuliah kalian yang kalian gunakan untuk menutup kepala. Kalian saling tak kenal, hanya berlari di tempat dan momen yang sama, usaipun kalian pergi masing-masing tuju tempat yang berbeda. Kalian percaya itu sebuah kebetulan?

Selaksa Cerita di Seleksi Nasional Youth Leadership Forum

Setiap perjalanan memberikan hikmah, setiap pertemuan menuai makna. Ya, asalkan semua itu dalam rangka ketaatan padaNya. Allah sungguh baik memberikan saya kesempatan untuk kembali belajar dari orang-orang yang bukan saya. Menakdirkan bertemu kawan-kawan dari berbagai penjuru Indonesia di sebuah agenda yang tentu saja bukan sebuah kebetulan. Seleksi Nasional Youth Leadership Forum Gerakan Mari Berbagi. Dua hari dengan seribu cerita dan pengalaman. Dengan izin Allah saya dipertemukan dengan pemuda-pemudi hebat yang memiliki impian, tujuan, kesadaran yang tinggi terhadap potensi dirinya. Pemuda-pemudi yang tahu betul bahwa mereka dicipta dengan sebaik-baik keadaan. Maka karya dan kerja merekapun melangit. Pemuda-pemudi itu datang dari berbagi pulau. Jawa, Sumatera, Sulawesi, Papua dan sebagainya dengan berbagai latar belakang budaya, agama, dialek yang berbeda. Membuat bersyukur perbedaan itu menyatukan kita dalam satu rangkaian aksara yang indah: INDONESIA. Pun latar belakang ...