Langsung ke konten utama

Sebongkah Tekad Baja Pemuda Penggagas Peradaban #1



Kalian percaya dengan segala hal yang bernama “kebetulan”? Kalau saya, boleh saya tidak mempecayainya? Sebab menurut saya segala kejadian dalam hidup ini, besar-kecilnya, menarik-tidaknya, pahit-manisnya, terkenang-tidaknya, semua sudah rencana sang pemilik seindah rencana. Dia, yang tanpa-Nya, siapalah kita. Kau bisa mengatakan orang-orang yang setiap hari berlalu-lalang, selintas lewat di hadapanmu, yang hanya menjadi ‘pemeran figuran’ ketika kau berjalan terburu-buru sambil melihat jam di pergelangan tanganmu, yang jangan pun sempat menyapa, tersenyum pun enggan, yang sama-sama duduk berhadapan denganmu dalam sebuah angkutan umum, atau antrian loket di stasiun kereta atau ketika kalian sama-sama menerobos hujan dengan jaket ataupun tas kuliah kalian yang kalian gunakan untuk menutup kepala. Kalian saling tak kenal, hanya berlari di tempat dan momen yang sama, usaipun kalian pergi masing-masing tuju tempat yang berbeda. Kalian percaya itu sebuah kebetulan?
Saya tak percaya. Sebab bagi saya, mereka sengaja dihadirkan oleh sang Sebaik Pembuat Skenario untuk kita. Apapun peran mereka.
Beberapa waktu lalu saya tidak lolos dalam seleksi tahap 2 pada salah satu forum pemuda Indonesia berbagi. Biasa saja. Saya sudah cukup sering ditolak *nangisdipojokan* oleh penerbit yang padahal belum tau saja mereka siapa saya (emang kamu siapa, El?) sampai akhirnya ada beberapanpenerbit yang insyaf (baca: terpaksa) untuk menerbitkan tulisan saya, entah karena kasian atau karena melihat dengan kacamata paranormal kalau makhluk seperti saya ini langka, jadi mesti dilestarikan ala-ala keanekaragaman hayati.
Seindah-indah rencana kita, rencana Allah jauh lebih indah dari yang kita bayangkan. Saya percaya.  Seorang teman pernah berkata, “jika gagal dalam sebuah tuju yang kau rencanakan, bersyukurlah. Sebab itu bisa mengurangi daftar kegagalanmu yang kau tak tau berapa daftar kegagalanmu. Tapi, bersyukur saja, itu artinya, satu daftar kegagalanmu sudah berkurang” Lucu memang, sekilas saya membayangkan sebuah kitab yang berisi daftar kegagalan seorang fulan, lalu ketika ia bersedih dengan kegagalan atas apa yang ia citakan sesungguhnya malaikat sudah mencoret satu per satu list kegagalannya hingga lambat-laun kegagalan seorang fulan ini semakin sedikit.
Malam itu, entah saya tak tahu bagaimana caranya, sebuah informasi terpampang di beranda media sosial yang saya geluti sejak SMP. Sebuah informasi yang ketika membacanya, mata saya berbinar. Pendaftaran untuk School For Nation Leader- Sekolah Kepemimpinan Bangsa. H-2 pendaftaran ditutup. Tak ingin maju sendiri, saya share info tersebut ke beberapa teman. Esoknya saya segera mengisi form online di websitenya. Sambil mempersiapkan essay yang memang menjadi salah satu pesyaratan pendaftaran. Sebuah essay tentang apa yang sudah kita lakukan untuk sekitar kita dan apa gagasan kita untuk Indonesia 2045, jadilah. Entah apakah tulisan saya tersebut bisa disebut sebagai essay atau bukan. Saya juga tak tahu pasti.
Maghrib itu hujan. Saya di warnet saat itu. Maghrib di malam pendaftaran terakhir acara tersebut dan saya belum memenuhi satu syarat lagi: rekomendasi dari tokoh kampus/masyarakat. Tapi tekad saya sudah bulat untuk mendaftar di acara tersebut. Dengan gerimis petang yang sampai sekarang masih menyisakan kenangan, terlebih genangan. Sepanjang perjalanan memikirkan apakah kiranya tetap pada rencana, meminta rekomendasi pada tokoh masyarakat yang hendak saya tuju. Rasanya tak mungkin malam begitu, dan saya belum memberitahu beliau sebelumnya. Bersama kesulitan, ada kemudahan. Pernah mengalami suatu kejadian tentang citamu, yang kau begitu menggebu untuk mengaminkannya? Pernah mengalami satu kejadian, ketika kau begitu merasa menggebu dan ternyata apa yang kau cita, yang kau tunggu tak kunjung menyata, tak juga berbuah hasil? Disaat kau begitu menggebu agar hal yang kau perjuangkan itu menyata. Menyakitkan, bukan? Tapi, pernah kau sadari? Atau pernah kau mengalaminya? Ketika kau sudah begitu yakin memperjuangkannya, cita itu tak kunjung menjadi, engkau lelah, engkau payah, sakit rasa tapi pada akhirnya kau rela...kau lepas dan kau serah pada seru sekalian alam. Rabb mu, bahkan mungkin sampai kau lupakan. Dan selang beberapa waktu, hal yang dulu kau perjuangkan itu menyata, setelah kau mengikhlaskannya, bahkan melupakannya. Atau pernah mengalami satu kejadian, saat kau merasa betapa tak ada apa-apanya, ketika kau benar-benar merasa bahwa tak ada siapapun yang menolongmu, kecuali Dia. Lalu kau bersujud dalam-dalam, dalam rokaat-rokaat panjang. Kau adukan semuanya, saat kau merasa begitu lemah dan hanya kuasaNya yang bisa menolongmu. Dan mungkin benar, bahwa seringkali pertolongan Allah datang saat kau merasa benar-benar lemah, saat kau benar-benar merasa bahwa tak ada yang bisa menolongmu kecuali Dia saja.  
Dan begitulah jalan seorang saya untuk mengikuti School For Nation Leader ini. Seorang kakak yang berpengaruh di kampus berkenan memberikan rekomendasi.
Dan, disinilah saya dipertemukan dengan kawan-kawan mahasiswa dari berbagai Universitas di Indonesia untuk belajar bersama, yang motto kami adalah “Belajar Merawat Indonesia”. Sebuah kebetulan? Tentu bukan. Saya percaya, Allah hendak memberi saya kesempatan belajar dari orang-orang yang bukan saya. Belajar untuk meyakini bahwa segelap apapun kondisi kita, dibanding terus merutuki kegelapan, menyalakan lilin adalah lebih baik. Belajar untuk meyakini bahwa betapa bahagianya ketika kita menjadi inspirasi kebaikan untuk orang-orang di sekitar kita. Sekecil apapun. Belajar untuk meyakini bahwa diatas yang berpengetahuan, masih ada yang lebih berpengatahuan. Belajar untuk merawat Indonesia, belajar menjadi negarawan sejati, dimanapun posisi kita. Semangat yang kuat, tekad baja, spiritual yang mengejawantah dalam laku-laku kebaikan, ada disini. Dari kawan-kawan yang menginspirasi. Dan dari sini pula, kami mengokohkan barisan untuk menjadi pemuda-pemuda penggagas peradaban dunia. Yang mengambil cinta dari langit, dan menebarkannya ke bumi. Agar jangan sampai kelak dikatakan, “Di kalangan pemuda Indonesia, tak ada lagi mereka yang peduli dengan bangsanya”, agar jangan sampai dikatakan “di kalangan pemuda Indonesia tak ada lagi mereka yang mau berkorban untuk bangsanya”, tetapi agar kelak dikatakan “Lihatlah, betapa Indonesia patut berbangga memiliki pemuda seperti mereka. Yang tetap kokoh disaat yang lain goyah, yang tetap berdiri teguh disaat yang lain hanya memikirkan diri sendiri, yang yang ide-ide kebaikannya mengejawantah dalam laku”
Yang kami tahu, sebagian sejarah perjuangan bangsa ini telah ditorehkan oleh pemuda-pemuda sebelum kami. Maka ya Allah, izinkan kami mengukir sejarah ke depannya dengan tinta emas perjuangan kami.
Inilah Kami:
Negarawan Muda Indonesia!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muhasabah Petang Lalu

”Barangsiapa yang belum pernah menemui kesulitan dalam proses pembelajaran ketika itu akan datang kepadanya suatu yang cepat berupa kesulitan dan kebodohan sepanjang hidupnya.” Cambuk bagi kita perkataan ulama Mesir diatas. Sebuah cambuk yang seharusnya menjadi renungan untuk para penuntut ilmu.

Tentang Kepenulisan #1

Pagiiiiiiii..........Hari ini cerah, bukan? Mari kita awali hari ini dengan bismillah dan semoga hal-hal baik membersamai kalian selalu. Setelah saya pikir-pikir, sepertinya blog saya ini kesannya diarish banget deh. nah...mulai saat ini, saya mau juga dong sharing2 ilmu tentag kepenulisan. semoga saja, ilmu yang sedikit ini bisa bermanfaat ya. Buat kalian yang seneng nulis, biasanya seneng juga nih dateng ke seminar-seminar/pelatihan-pelatihan menulis. selain karena ingin bertemu dengan pembicara-pembicaranya yang pastinya seorang penulis, juga pengen tau lebih banyak tentang dunia kepenulisan. Ini ada beberapa hal yang saya dapatkan ketika mengikuti seminar kepenulisan bersama bunda Asma Nadia dan Boim Lebon.

Pertemuan Kembali

Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh, teman-teman. Maasya Allah, alhamdulillahillazii bi ni'matihii tatimmusshalihat. Di bulan Syawwal yang insyaa Allah diberkahi ini, Allah masih memberikan kesempatan kita untuk menikmati segala karuniaNya. Maafkan, lama sekali tak bersapa langsung begini. Tersebab, ada project-project yang harus diselesaikan. Tersebab yang lain adalah, saya punya "kawan baru" yaitu mikroblog sebelah. Semoga ke depannya bisa lebih banyak bersama. Oya, project-project itu antara lain adalah mengedit tulsan seorang teman yang insyaa Allah akan meluncurkan buku keempatnya. Duh, ngomongin tentang peluncuran buku, jadi malu sendiri karena setahun kemarin merasa gak produktif untuk menulis sebuah buku, padahal target minimal setahun meluncurkan sebuah buku. Semoga tahun ini bisa tercapai. Oh, sekarang jadi tukang ngedit juga? Hehe, iya. Ahamdulillah sekaligus menerapkan ilmu yang dipelajari di kampus. Jadi kalau ada teman-teman yang membutu...