Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Tradisi Literasi Ulama

Sebuah inspirasi yang didapat dari Santri Writer Summit 2017, Pusat Studi Jepang UI, Depok yang diselenggarakan oleh santrinulis. Selarik hikmah yang saya dapatkan dari Habiburrahman El-Shirazy sebagai salah satu pembicara. Sejarah para ulama tidak pernah lepas dari sejarah literasi. itu sebab kita banyak menemukan karya-karya para ulama terdahulu yang masih abadi karyanya meski orangnya hidup berabad-abad sebelum kita. Sebutlah ada Imam Suyuthi dengan  600 judul yang tiap judulnya banyak yang berjilid-jilid yang kalau kamu disuruh untuk menyalin karya-karyanya tersebut, maka kamu membutuhkan waktu bertahun-tahun. Kita mengenal Imam Thobari yang terkenal dengan tafsir thabarinya. Karya-karyanya yang sampai ke kita baru separuhnya, sebagian hilang. Ada 500 karya beliau yang diketahui. Selain beliau-beliau ini, ada banyak sekali ulama yang jumlah karya-karyanya melebihi angka usia mereka. Selintas saya berpikir apa rahasia yang mampu membuat mereka begitu banyak ...

Menoreh Peradaban Islam dengan Perdamaian (Sebuah Catatan Malam Muhasabah Akbar SALAM UI)

Bismillah, kali ini saya akan sedikit berbagi tentang ilmu yang saya dapat ketika mengikuti acara Malam Akbar Muhasabah yang diselenggarakan oleh LDK SALAM UI. Untuk talk show ini lebih banyak membahas tentang tragedi Rohingya atau Rakhine atau nama awalnya adalah Arakhan. "Peradaban Islam..." Begitu Bapak Nashir Abbas, selaku narasumber memulainya, "adalah peradaban yang paling unggul dari semua peradaban yang ada." Sementara Shofwan Al Banna, narasumber lainnya, menjelaskan ketika ditanya oleh moderator, bagaimana cara membantu Rohingya dari sisi diplomasi. Yang harus diketahui bersama, bahwa di Rohingya benar adanya krisis kemanusiaan. Banyak minoritas Rohingya terusir dari tanahnya. Tahun ini puncaknya; 400ribu orang terusir dan melarikan diri dari negaranya. "Kalau mereka rela dan nekat mengajak anak-anaknya untuk mengarungi samudera dengan kapal yang over load, berhari-hari untuk pergi dari rumah dan negerinya. Rela Terombang-ambing di lautan, itu pa...

Yang Akan Kamu Pelajari dengan Kuliah di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

"Yailah, gampang." "Emang kaga ada jurusan lain?" "Apa yang bisa kamu harapkan dengan masuk di jurusan itu?" Dan berbagai komentar menggelikan yang saya hanya bisa senyum-senyum byebye ketika mendengarnya saat saya menyebutkan bahwa saya kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sebenarnya tidak ada jurusan yang lebih mudah atau lebih sulit. Semua sudah diatur sesuai porsinya. Jadi seharusnya kita tidak boleh lagi meremehkan memandang sebelah mata ilmu-ilmu di luar yang kita pelajari. Jadi, apa yang akan kamu pelajari dengan masuk di jurusan tak biasa ini? Pertama, karena kamu berada di jurusan pendidikan, maka kamu akan belajar tentang materi-materi pendidikan. Seperti, Landasan Pendidikan, Belajar dan Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Psikologi Pendidikan, Perencanaan Pembelajaran, Profesi Keguruan, Evaluasi Pendidikan, Mikroteaching (praktik mengajar di kelas), dan lain-lain. Kedua, kamu akan belajar berbagai keterampilan ber...

Jejak Para Tabi'in

Bismillah Alhamdulillahilladzi bi ni'matihii tatimmusshaalihat. Beberapa waktu lalu, saya beres-beres rumah bersama keluarga.  Setiap beres-beres, saya kedapatan bagian beresin buku. Selain membereskan, juga memilah mana buku-buku yang sekiranya sudah tidak dipakai. Iya, karena buku-bukunya itu sudah lama di dalam box-box dan tidak dikeluarkan.  Sebenarnya, memberikan job untuk membereskan buku kepada saya itu adalah amanah yang sangat-sangat salah sekali. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan, berikut ini:  1. Pastinya akan sangat lama sekali selesainya, karena kalau ada buku yang menarik

Pertanyaan

Bismillah. Alhamdulillahilladzi bi ni'matihii tatimmusshaalihat. Beberapa hari ini, sempat ramai dengan pertanyaan kawan-kawan "El sekarang berniqab?" Tersebab pada satu hari yang lalu saya memposting picture di Instagram saat saya dan beberapa kawan sedang foto dan di foto itu saya 'seperti' pakai niqab. Mengapa saya bilang 'seperti'? Karena sesungguhnya itu bukan niqab. Kalau kawan-kawan yang sering membersamai saya pasti tahu itu adalah slayer yang biasa saya pakai kalau naik motor. Cuma slayer itu memang dari sisa bahan yang saya neci dan lebarnya bisa buat niqab, jadi karena waktu itu mau foto, saya pakailah ala-ala niqab gitu. Terkait tentang niqab itu sendiri, sebenarnya dari semsester-semester awal kuliah sudah ada keinginan untuk pakai niqab, didukung dengan di keluarga sering beliin niqab dan saya jadi suka ngoleksi, tapi untuk memakainya saya masih maju-mundur dan belum mantap. Mohon doa, semoga Allah mantapkan dan istiqomahkan. Dari dulu...

Pertemuan Kembali

Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh, teman-teman. Maasya Allah, alhamdulillahillazii bi ni'matihii tatimmusshalihat. Di bulan Syawwal yang insyaa Allah diberkahi ini, Allah masih memberikan kesempatan kita untuk menikmati segala karuniaNya. Maafkan, lama sekali tak bersapa langsung begini. Tersebab, ada project-project yang harus diselesaikan. Tersebab yang lain adalah, saya punya "kawan baru" yaitu mikroblog sebelah. Semoga ke depannya bisa lebih banyak bersama. Oya, project-project itu antara lain adalah mengedit tulsan seorang teman yang insyaa Allah akan meluncurkan buku keempatnya. Duh, ngomongin tentang peluncuran buku, jadi malu sendiri karena setahun kemarin merasa gak produktif untuk menulis sebuah buku, padahal target minimal setahun meluncurkan sebuah buku. Semoga tahun ini bisa tercapai. Oh, sekarang jadi tukang ngedit juga? Hehe, iya. Ahamdulillah sekaligus menerapkan ilmu yang dipelajari di kampus. Jadi kalau ada teman-teman yang membutu...

Asrama Asmara

“Aku mengagumi seorang ikhwan.” Ia memulai ceritanya. Cerita masing-masing mereka yang cerita itu menjadi salah satu faktor mengapa mereka di sini. “Sejak kelas 1 SMA dan saat itu Ia kelas 3 SMA” ia tersenyum. “Kami tidak satu sekolah, tapi beberapa kali bertemu dalam agenda organisasi. Tepatnya, Ia seniorku.” “Ia sangat menjaga. Apalagi? Aku pun tidak tahu perasaan itu betah sekali berlama-lama hidup sampai aku menjelma sebagai seorang mahasiswa semester 7. Cukup lama, bukan?” “Aku tidak pernah punya cukup keberanian untuk mengatakannya? Hanya saja aku sering memintanya kepada Allah. Ya, sejak perasaan itu muncul, aku selalu berharap kepada Allah bahwa kelak kami bisa berjodoh.” Ia tertawa. “Semester kemarin, aku merasa tidak bisa berlama-lama dengan perasaan ku ini. Dengan angan-angan yang entah. Aku sendiri pun tak tahu bagaimana perasaannya.” “Maka, agar perasaan itu tidak semakin jauh, untuk mengetahui bagaimana perasaannya, aku mengiriminya sebuah surat ele...