Langsung ke konten utama

Keroyokan


                Gue gak tau apa yang ada di benak teman-teman gue waktu nulis nih tulisan. Yang gue inget, dulu lagi pelajaran tiba-tiba temen gue yang lahir dengan nama Lia Monica nyodorin buku gembel (Sumbbppaahh…gembel banget), entah udah berapa kali tuh buku keujanan, atau mungkin masuk mesin cuci, atau mungkin juga kelelep banjir, atau mungkin ketumpahan kopi, es teh ( yahh..pokoknya “atau mungkin”lainnya yang  bahkan bisa bikin gak mungkin. Apa siihhh…) . Parah dah, malah kagak ada kovernya lagi. yaa…untung gue inget peribahasa yang mengatakan “ Don’t judge a book by it’s a cover” yang artinya “jangan membuang buku yang gak ada kovernya” (halaaaahh…apa sih?”) lo pada tau kannnnnn artinyaaaa??? Tau kaaaannnnn?? Tapi kenapa gak bilang ke gueeehhh?? Kenapaaaa?? Apa salahkuuuhhhh?? (virus alay merebak nih..) nih gue kasih tau: “JANGAN MENILAI BUKU DARI COVERNYA!” bener kan ya itu artinya? Bener  gak sih?? Ahh…bener kok. Kata enyak gue juga itu artinya, jadi gak usah protes deh lo para pembaca (kata pembaca:” Dasar lo, gak sopan sama pembaca!” yeee…makanya jangan jadi pembaca doang, enak jadi penulis, bisa ngerjain pembaca.hehe…).
Eh, tadi sampe mana gue ngomong? Lupa kan tuh..oya gue inget. Lo masih inget gak terakhir gue ngomong apa? Baca lgi noh diatas. Karena kasihan melihat tampang Lia yang lagi galaugalaugilagimanagitu…gue terima tuh buku, gue baca tulisan dia yang seupil itu. Gak enak baca tulisan yang Cuma seuprit, gue lanjutin tulisan dia dengan sepenuh hati. Emang dasar temen2 gue pada kepo banget, mereka berebutan(ceileehh…)mau baca, eh Nanda, Puji, Nova mau ikutan nulis juga. Well… Happy Reading! Kalian bisa nemuin sosok kami di tulisan ini. Check this out!
***
            Senja perlahan mulai menguning. Matahari yang lelah pun akhirnya meringkuk pelan menutup dirinya dari sebagian luar bumi. Namun, kegelapan sepertinya tak mampu mengenyahkan keramaian. Keramaian yang memang menjadi cirri khas Jakarta.
            Manusia-manusia berpeluh tak henti-hentinya Kesana-kemari…Mengukir nasib…mencari sesuap nasi.
            Kau tau? Bahkan hanya demi sesuap nasi mereka rela menjatuhkan harga dirinya. Malu? Ahh…Peduli apa dengan malu dan gengsi? Kau tak akan bisa hidup jika masih terkukung nilai-nilai moral. Moral? Semua itu telah dijual ditiap sudut kota, terminal, angkutan umum, jalan raya, tepi-tepi jalan, emperan toko, trotoar bahkan tong-tong sampah.
            Coba bayangkan, mareka harus bergelut dengan panas setiap hari. Hujan, kuman, penyakit, maupun pekerja lain yang tak ingin ada saingan. Kadang aku berfikir, dan mungkin kaupun akan berpikiran sama denganku. Intinya kita sepikiran deh, sehati, cs-an, klop dan istilah-istilah kayak gitu lainnya(haha…)
            Ahh…Lupakan…Lupakan. Bukankah kita sedang menata hati untuk bisa merasakan kepedihan orang lain., mambuka mata, bahwa disana…diluar sana masih banyak orang-orang yang jauh lebih sulit kehidupannya dari kita. Tidakkah kau sadari? Bahwa disaat kita mengeluh dengan makanan yang kita makan, bahwa disana, diluar sana…orang lain sedang nikmat melahap makanan. Bukan, bukan karena mereka makan di restoran, bahkan untuk mendapatkannya mereka harus mengais tong-tong sampah. Tapi mereka sadar, dalam ketiadaan harta, harus ada kekayaan jiwa.
            Namun kekayaan jiwapun sering tak dipedulikan. Harta, tahta dan jabatan sudah menjadi slogan yang wajib diraih setiap mereka yang haus akan nikmat dunia.
            Sudahlah, sulit jika hanya membicarakan masalah yang pelik ini. Saya sendiri sudah lelah, capek berbicara, capek berpikir tapi tak ada perubahan. Ada,, tetapi perubahan menuju kenistaan. Sering dengar istilah “Rumput gue lebih hijau dari rumput tetangga”, itu pandangan mereka yang benar-benar merasa cukup dan bersyukur atau mungkin pandangan orang munafik, lain di mulut lain di amalan. Apalah..gak jelas benar, sulit melihat mana yang kawan, mana yang lawan, semua abu-abu.
            Hmm…Kurasa tak cukup waktu untuk menceritakan kekacauan ini. Sudahlah kita kembalikan saja semua pada pribadi masing-masing dan lebih menyibukkan diri dengan kegiatan yang mungkin bermanfaat. Toh si kaya ataupun si miskin sudah dibilang abu-abu. Bingung siapa yang akan disalahkan. Si kaya? Bukan. Si miskin? Juga bukan. Karena hidup adalah pilihan.
            Jika semua hanya menyalahkan, bagaimana kita akan merubah? (Piki dah tuh!). buka Jakarta yang jadi ibu tiri tapi kitanya, kenapa mau jadi anaknya. Lah kok ngomongin itu lagi.
            Oya, kenapa tidak membicarakan tentang rencana untuk merubahnya, merubah kekacauan ini, merubah carut-marut ini! Benang kusut tanpa ujung.
            Kalau gue mah lebih milih end sama lu, daripada ribet mikirin Jakarta. Tapi gimana? Kalo bukan kita (gue sama temen gue, bukan sama lo) generasi muda, tonggak kekuatan Indonesia, calon-calon pembangun Negara, siapa lagi? siapa yang mau ngerawat kesakitan Negara kita ini? Masa gue harus nyuruh nenek gue, kakek gue, tetangga gue, temen SD gue? Gak mungkin ! mereka sibuk dengan seabreg urusan mereka masing-masing. Malah kemaren temen SMP gue ada yang baru aja nikah, terus gak ngundang-ngundang gue lagi, ngeselin banget kan? Padahal gue mau jadi pager ayunya. Hmm… kembali ke topic ! walaupun ge termasuk remaja galau, tapi masalah yang menyangkut Negara kita ini, Indonesia tercinta, cukup interest. Gimana engga? Mulai dari kemiskinan, kriminalitas (maling ayam sampai dengan koruptor) dan lain-lain. Unggul bangetkan? Kadang-kadang miris bangetkan kalo dipikirin. Sebenernya gimana sama pemerintahnya? Mungkin inilah pertanyaan hampir setiap orang (kecuali elu) yang melihat bagaimana kekacauan di Indonesia. Kurang tegas terhadap hukum? Mungkin. Gampang disogok? Jelas. Tapi, jangan sepenuhnya menyalahkan pemerintah, mereka juga manusia men! (kecuali lu) gampang tergoda sama yang namanya duit, dll. Hokum pun bisa dibeli dengan duit. Klo perlu muka lo gue beli sekarang juga! (sadiss!) coba lu liat koruptor , manurut lo berapa banyak uang rakyat yang mereka kantongin, Banyak, Men! Lo bahkan gak punya duit sebanyak itu. Tapi lo liat juga gimana tindakan pemerintah?
            Lagi-lagi harus pemerintah yang jadi dampratan masyarakat Indonesia. Memang sih kebanyakan dari pemerintah yang membuat masyarakat kecewa. Korupsi..korupsi..korupsi. apa yang harus kita lakuin sebagai generasi muda yang merupakan penerus bangsa?
            Generasi muda penerus bangsa? Masih jaman?? Generasi muda yang mana dulu? Yang ngabisin waktunya untuk hura-hura? Yang ngerasa dunia cuman miliknya? Yang udah terkukung dengan perang pemikiran? Kayak gini yang jadi penerus bangsa? Haha..mau dibawa kemana nih bangsa? Ke dunia galau mereka? oh noo…tidak semua seperti itu! Tidak semua pemuda seperti aku katakana. Tidak semua!!! Perlu ku tegaskan, TIDAK SEMUA SEPERTI ITU! Ada juga yang gak kayak gitu! Contohnya gueh (halah…)
            Gabisa dibilang semua kesalahan pada remaja, tapi jaman yang membuat remaja sekarang jadi gak karuan. Sebenernya si..bukan jaman juga yang harus disalahkan, tapi tergantung dengan remajanya saja yang bisa menjalankan dirinya kea rah mana yang benar. Gue sendiri, meskipun gue pacaran tapi, jujur ya..gue miris banget ngeliat masa kini yang pada pacaran di pinggir jalan. Oalaahh…mirisnya hati gue. Mau jadi apa Negara kita kalau penerus bangsanya mengikuti style kebarat-baratan yang gak bener. Bukan tambah bener nih Negara, yang ada malah jadi babak belur (muka sedih).
            Bukan…bukan pemerintah, bukan remaja. Bukan jaman yang jadi masalahnya, tapi iman dan budi pekerti kitalah yang harus diperhatikan.
            Bukankah pemerintah dulunya sama seperti kita, pernah kecil, pernah remaja, dan barangkali pernah membicarakan kesalahan pemerintah saat itu?
            Intinya sekarang kita jangan menyalahkan orang-orang dari segi kedudukan atau apa perannya. Sekali lagi saya bilang, kembaliah dengan pribadi masing-masing menata diri atau apalah yang penting kita tak merugikan orang lain, tak mengganggu masalah Negara dan berusaha mengharumkan nama Negara dengan karya yang kita hasilkan. Bagi yang suka menulis, berkaryalah sampai karya terbaik menulismu. Mengarang dan menyampaikan pesan keapada umat tentang kebaikan dan kebenaran. Bagi yang suka memasak, jadilah chef yang membanggakan dengan masakan-masakan yang delicious. Yang ingin jadi designer, maka rancanglah busana-busana keren namun tetap menjunjung nilai-nilai syariat.
            Pokoknya apapun karya kalian, buatlah yang tebaik. Okay??
            Kalau saja semua orang bisa berkarya dengan baik dan bepikiran seperti ini, mungkin Negara ini tak akan sekacau ini, tak ada carut marut atau apalah namanya.
            Seperti saya, kalau belum punya karya yang membanggakan, tapi setidaknya saya bukan orang-orang yang merugikan atau dirugikan. Soo…it’s my opinion. What about you?
            Ah ya, ada yang bilang, jangan tanyakan apa yang sudah Negara berikan ntukmu, tapi tanyakan pada dirimu, apa yang sudah kau berikan untuk negaramu?
            Tanya woooiiii…tanya….apa yang udah lo berikan buat Negara lo? Apa yang udah lo berikan buat dunia? Dunia tempat lo hidup selama belasan tahun. Atau mungkin ternyata lo Cuma nyasuahin doang di dunia ini. Nyusahin babeh lo, enyak lo, guru lo, kakak lo, ade lo, dan orang-orangs sekitar lo!! Tanya sama hati lo! Gue, elo pasti pertanyaan itu muncul di hati lo. Ya gak?? Saat-saat tergalau dalam hidup lo. Adalah ketika pertanyaan “apa yang udah lo berikan buat orang2 sekitar lo” sementara lo gak tau mau apa. Sementara lo gak tau apa dan bagaimana cara buat lo meyakinkan orang sekitar lo “ini loh gue!” ahhhh…dengan segudang potensi yang udah diberikan Allah aja lo masih bingung dan masih nanya, “gue bisa apa sih?” ah, andai lo mau menyadari, betapa elo sangat berharga, betapa elo yng selama ini gak ada apa-apanya tenyata ada mutara tersimpan di diri lo.
            Nyadar woi!! Nyadar!! Ayolah…wake up, everybody! It’s time to action! Show to them and proudly say “ This is what I’m, and what are you?”
End
***
Hehe…pada ngernyitin dahi ya? Maap yak klo gak jelas gitu. Yaahh…intinya ini ditulis saat kita lagi gak ada kerjaan alias tugas, atau ada tugas tapi males ngerjain, atau ada guru lagi jelasin pelajarin tapi males dengerin, atau lagi pelajaran emteka, tapi males masuk kelas, , atau lagi….apapun lah…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muhasabah Petang Lalu

”Barangsiapa yang belum pernah menemui kesulitan dalam proses pembelajaran ketika itu akan datang kepadanya suatu yang cepat berupa kesulitan dan kebodohan sepanjang hidupnya.” Cambuk bagi kita perkataan ulama Mesir diatas. Sebuah cambuk yang seharusnya menjadi renungan untuk para penuntut ilmu.

Tentang Kepenulisan #1

Pagiiiiiiii..........Hari ini cerah, bukan? Mari kita awali hari ini dengan bismillah dan semoga hal-hal baik membersamai kalian selalu. Setelah saya pikir-pikir, sepertinya blog saya ini kesannya diarish banget deh. nah...mulai saat ini, saya mau juga dong sharing2 ilmu tentag kepenulisan. semoga saja, ilmu yang sedikit ini bisa bermanfaat ya. Buat kalian yang seneng nulis, biasanya seneng juga nih dateng ke seminar-seminar/pelatihan-pelatihan menulis. selain karena ingin bertemu dengan pembicara-pembicaranya yang pastinya seorang penulis, juga pengen tau lebih banyak tentang dunia kepenulisan. Ini ada beberapa hal yang saya dapatkan ketika mengikuti seminar kepenulisan bersama bunda Asma Nadia dan Boim Lebon.

Pertemuan Kembali

Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh, teman-teman. Maasya Allah, alhamdulillahillazii bi ni'matihii tatimmusshalihat. Di bulan Syawwal yang insyaa Allah diberkahi ini, Allah masih memberikan kesempatan kita untuk menikmati segala karuniaNya. Maafkan, lama sekali tak bersapa langsung begini. Tersebab, ada project-project yang harus diselesaikan. Tersebab yang lain adalah, saya punya "kawan baru" yaitu mikroblog sebelah. Semoga ke depannya bisa lebih banyak bersama. Oya, project-project itu antara lain adalah mengedit tulsan seorang teman yang insyaa Allah akan meluncurkan buku keempatnya. Duh, ngomongin tentang peluncuran buku, jadi malu sendiri karena setahun kemarin merasa gak produktif untuk menulis sebuah buku, padahal target minimal setahun meluncurkan sebuah buku. Semoga tahun ini bisa tercapai. Oh, sekarang jadi tukang ngedit juga? Hehe, iya. Ahamdulillah sekaligus menerapkan ilmu yang dipelajari di kampus. Jadi kalau ada teman-teman yang membutu...