Abang, dimana? kapan kembali?
Akankah waktu berbaik hati pertemukan kita?
Atau selamanya ia kejam, menghendaki perpisahan yang tak ku
inginkan.
Abang, dimana? Kapan kembali?
Akankah waktu berbaik hati menghapus air mata dari yang mencinta?
air mata ibu seringkali luruh mengingatmu
juga denganku, juga dengan yang lainnya.
tak ada yang bisa menghapus kecuali kedatanganmu.
Abang dimana? Kapan kembali?
Akankah waktu berbaik hati
Agar yang tercinta, ibu tak lagi mengatakan kata yang mampu
menghentikan suapan makanan ketika kami makan.
“ abangmu, dimana? Makan apa?”
Setetes air mata jatuh dari mata redupnya yang selalu
memancarkan cinta.
“ abangmu, pernah bilang; orek tempe buatan ibu selalu enak”
Setetes lagi...
“ abangmu, katanya selalu rindu dengan kolak singkong buatan
ibu, agar-agar buatan ibu yang berbeda. Jika rindu, bukankah seharusnya dia
segera pulang?”
“ abang, dimana? Kapan kembali?”
Akankah waktu berbaik hati mengembalikanmu kembali?
Katanya, petang adalah cara waktu mengembalikan cinta
kembali ke rumah?
Benarkah begitu? Nyatanya, entah berapa ratus kali petang
lewat, tak kami temukan wajah teduhmu di ambang pintu
Apa makna itu tak berlaku untuk kita?
“abang, dimana? Kapan kembali?”
Dulu katamu ‘tak usah menungguku kembali’
Sesak...sesak sekali... sedang orang-orang yang mencintaimu
tak pernah seharipun melewati pagi dan petang tanpa berharap agar kau kembali
disini.
Menunggu pagi dan petang adalah juga menunggu kedatanganmu.
Abang, dimana...pulanglah...
-ditulis lalu, sebelum ia yang kucinta kembali menemui Robb nya
Komentar
Posting Komentar