“Jangan pernah lupain aku ya, De”
katamu meminta.
Aku terperangah. Adakah yang salah?
Ah ya, mungkin sepekan ini aku terlalu sibuk dengan tugas-tugas yang menumpuk. Tentu,
karena aku yang menumpuknya.
Beberapa waktu lalu kau mengirimku
pesan singkat meminta sedikit tausiyah atau sekedar motivasi.. Aku tak tau
suasana apa yang sedang hinggap di hatimu. Tapi jika begitu, pastilah ada
sesuatu yang membuatmu resah tak nyaman. Bukankah dulu itu yang sering
kulakukan. Menyapamu meski hanya lewat pesan singkat berisi kata-kata sederhana.
Tanpa kau minta.
Beberapa pekan ini? Bukan karena
aku melupakanmu. Ah, siapa yang mampu melupakan seorang teman, sahabat, yang
telah ku anggap sebagai bagian dari hidupku. Jikapun lama tak singgah di
kotamu, percayalah...jika waktu mengizinkan, tentu...tentu tempat pertama yang
ku kunjungi adalah rumah tempatmu tinggal.
Membaca pesanmu yang terkadang
sulit ku mengerti atas apa yang tengah kau pikirkan.
“ Disaat semangat itu menggelora,
disaat itu pula badai menerpa”
Aku tau tentang citamu. Asa yang
sempat membuatmu putus harapan. Bukankah aku juga tau tentang kisahmu menggapai
semua? Ujianku mungkin tak seberapa. Tapi jika aku berada di posisimu, aku
terkadang bertanya apakah aku sanggup? Entahlah, mungkin itulah mengapa kau dan
Aku dipertemukan, selalu bersama.
“ Bagaimana kalau dibalik?” aku
tersenyum. “ disaat badai menerpa, disitu selalu ada semangat menggelora.” mungkin
itu lebih baik.
Ta, kau adalah tempatku belajar,
tentang kerja keras, syukur, sabar, dan penerimaan.
Justru mungkin akulah yang berkata,
“jangan pernah lupain aku,”
Komentar
Posting Komentar