Ibunda, surat ini ku sampaikan padamu, atas kesyahidan anak-anakmu pagi tadi, siang tadi, sore tadi, malam tadi, atau saat kau membaca pembuka suratku ini, atau bahkan ketika kau membaca pertengahan suratku dan kabar kesyahidan anakmu datang sedang kau segera bangkit, bukan untuk memaki, bukan untuk menyerang bangsa batu itu dan menyuruhnya pergi dari tempat dimana kau melahirkan anak-anakmu, dari tempat dimana kau tanamkan pada mujahid kecilmu bahwa kemenangan itu adalah kepastian bagi orang-orang yang sungguh-sungguh percaya padaNya, dari tempat dimana kau melihat sosok yang lain dalam diri anak-anakmu saat mereka sudah mulai memegang batu. Kau bangkit untuk mengucapkan selamat, selamat atas gelar kesyahidan yang telah anakmu capai. Tentu...tentu meski dengan mata yang berkaca lalu perlahan kaca itu pecah menjadi beningan kristal yang mengalir dan kau pun berkata dengan yakin “jangan percaya pada air mata kesedihan anakku, air mata ini...adalah sungguh air mata yang sama pada s...