Langsung ke konten utama

Jika Aku Pergi Lebih Dahulu


Jika Aku Pergi Lebih Dahulu, maafku sering melukai hati...yang mungkin belum terobati
Jika Aku Pergi Lebih Dahulu, terima kasih untuk kenangan indah yang kau beri, juga masa-masa duka yang terlewati.
Jika Aku Pergi Lebih Dahulu...mungkin ada janji yang terabai, ada kata yang membuatmu tersakiti. Tapi aku ingin membawa secercah harap bahwa kau beri maafmu untukku yang pergi lebih dahulu.
Jika Aku Pergi Lebih Dahulu... tak usah terlalu bersedih.
Jika Aku Pergi Lebih Dahulu... harapku akan ada hal-hal baik membersamaimu.
Jika Aku Pergi Lebih Dahulu...tak perlu menangis untuk hal-hal sepele, tapi menangis untuk sesuatu yang membuatmu lebih baik lagi. Saat duka, terlebih disaat bahagia.
Jika Aku Pergi Lebih Dahulu... mungkin hanya sedikit manfaat dalam ku hidup yang bisa kuberi. Tapi jangan bagimu. Tebarlah kebaikan itu dimana saja. Pada setiap pijakan kakimu, derap langkahmu, hembusan nafasmu, daya pikirmu. Lalu lupakan...lupakan kebaikanmu itu. Dan teruslah begitu...lakukan...kemudian lupakan.
Jika Aku Pergi Lebih Dahulu... cintailah kebaikan secinta-cintanya...dan hargailah kebaikan itu. Tak peduli seburuk apa orang yang melakukannya dimatamu. Hargai! Hargai kebaikan yang dilakukannya!
Jika Aku Pergi Lebih Dahulu... benci keburukan dengan sebenci-bencinya!  Tak peduli sebaik apa dia menurutmu. Benci! Benci keburukannya! Tapi jangan pernah membenci orang yang melakukannya.
Jika Aku Pergi Lebih Dahulu... tak perlu merasa harapmu terbuang jauh saat kau jatuh. Percayalah, kau masih ada kawan yang akan membantumu... selalu.
Jika Aku Pergi Lebih Dahulu... jangan anggap aku benar-benar pergi.
Selamat melanjutkan hari-harimu di dunia yang indah ini. Ada banyak yang membutuhkanmu. Jadi, jangan pernah merasa tak berarti.


Tangerang Selatan, sudut kamar yang penuh inspirasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muhasabah Petang Lalu

”Barangsiapa yang belum pernah menemui kesulitan dalam proses pembelajaran ketika itu akan datang kepadanya suatu yang cepat berupa kesulitan dan kebodohan sepanjang hidupnya.” Cambuk bagi kita perkataan ulama Mesir diatas. Sebuah cambuk yang seharusnya menjadi renungan untuk para penuntut ilmu.

Tentang Kepenulisan #1

Pagiiiiiiii..........Hari ini cerah, bukan? Mari kita awali hari ini dengan bismillah dan semoga hal-hal baik membersamai kalian selalu. Setelah saya pikir-pikir, sepertinya blog saya ini kesannya diarish banget deh. nah...mulai saat ini, saya mau juga dong sharing2 ilmu tentag kepenulisan. semoga saja, ilmu yang sedikit ini bisa bermanfaat ya. Buat kalian yang seneng nulis, biasanya seneng juga nih dateng ke seminar-seminar/pelatihan-pelatihan menulis. selain karena ingin bertemu dengan pembicara-pembicaranya yang pastinya seorang penulis, juga pengen tau lebih banyak tentang dunia kepenulisan. Ini ada beberapa hal yang saya dapatkan ketika mengikuti seminar kepenulisan bersama bunda Asma Nadia dan Boim Lebon.

Pertemuan Kembali

Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh, teman-teman. Maasya Allah, alhamdulillahillazii bi ni'matihii tatimmusshalihat. Di bulan Syawwal yang insyaa Allah diberkahi ini, Allah masih memberikan kesempatan kita untuk menikmati segala karuniaNya. Maafkan, lama sekali tak bersapa langsung begini. Tersebab, ada project-project yang harus diselesaikan. Tersebab yang lain adalah, saya punya "kawan baru" yaitu mikroblog sebelah. Semoga ke depannya bisa lebih banyak bersama. Oya, project-project itu antara lain adalah mengedit tulsan seorang teman yang insyaa Allah akan meluncurkan buku keempatnya. Duh, ngomongin tentang peluncuran buku, jadi malu sendiri karena setahun kemarin merasa gak produktif untuk menulis sebuah buku, padahal target minimal setahun meluncurkan sebuah buku. Semoga tahun ini bisa tercapai. Oh, sekarang jadi tukang ngedit juga? Hehe, iya. Ahamdulillah sekaligus menerapkan ilmu yang dipelajari di kampus. Jadi kalau ada teman-teman yang membutu...